Kamis, 18 April 2013

Untukmu Setiaku



Ketika ku sapa senja di hadapan mu, yang memikat hati dengan syahdu dan lirih, membelai nurani. Ku temukan damai yang berhembus bersama nyiur di pesisir rindu ku. Andai penantian selalu seindah ini, tak ku penggal kesetiaan ini untuk mu.

Wahai fulan di tepian langit senja, dapatkah kau dengar bisik rinduku? Dapatkah kau rasakan setiaku? Dalam diam mencintai dan mengagumi fitrah mu. Tak menuntutmu tuk menyanjung setia ku.

Wahai fulan, barisan doa dan untaian sapa selalu terucap dari lisanku untuk mu. Jika Tuhan berkenan mengabulkan pintaku, jika takdirku adalah dirimu. Masihkah kau acuh pada ku?

Aku terpaku menghayalkanmu, tenggelam dalam imajinasiku, seungguh cinta ini tak dapat dimengerti. Semerbak mawar memenuhi taman gersang, kau sirami hati ini dengan sesuatu yang tak dapat ku pahami.

Mungkinkah bagiku tuk selalu melihat senyummu? Senyum sederhana yang selalu ku tunggu. Wahai fulan, kau tak perlu mempertanyakan kesetiaan. Aku hanya menyisipkan satu nama untuk menjaga relung hatiku, ialah kamu.

Bila tiba saatnya takdir berbicara, bila saatnya kita tak mungkin bersama, aku masihkan tetap setia menjaganya dalam doa. Cukuplah kini kau dan aku tak saling mengerti apa yang dibicarakan hati.

Wahai fulan, lihatlah mentari yang tak selamanya bertahta di langit Timur. Namun bukan berarti ia terus pergi. Wahai fulan, bukankah bintang tak selamanya terang?
Mere itu ibaratnya setiaku, walau tak dapat selalu terlihat..namun tetap selalu ada di langit sana.
Entah tuk berapa lama.

Dan ujung senja ini, memikatku kembali tuk menyapa paras lembutmu yang selalu menghiasi ruang hayalku.
Wahai fulan, untukmu setia ku.

Tidak ada komentar: